Depresi pasca-persalinan atau postpartum depression (PPD) adalah kondisi depresi yang terjadi setelah melahirkan. Tidak hanya ibu, ayah juga bisa mengalami depresi pasca-persalinan. Namun, frekuensinya lebih rendah, yaitu sekitar 1 dari 10 ayah.
PPD umumnya ditandai dengan perubahan emosi yang signifikan, perasaan cemas, dan kesulitan dalam merawat bayi. PPD berbeda dengan baby blues yang lebih ringan dan sementara. Jika tidak ditangani, PPD bisa sangat berbahaya bagi ibu maupun bayi.
Penyebab Ibu Mengalami Depresi Pasca-persalinan
Penyebab pasti depresi pasca-persalinan (PPD) belum sepenuhnya diketahui. Namun, diyakini bahwa PPD dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perubahan biologis, emosional, dan lingkungan yang dialami seorang ibu setelah melahirkan.
Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan PPD:
Perubahan hormonal yang drastis
Setelah melahirkan, tubuh ibu mengalami perubahan hormonal yang signifikan. Estrogen dan progesteron mengalami penurunan drastis setelah melahirkan. Penurunan ini dapat memicu perasaan sedih, cemas, atau kehilangan energi.
Setelah melahirkan, beberapa ibu juga mengalami penurunan hormon tiroid yang dapat menyebabkan kelelahan dan depresi.
Faktor psikologis
Melahirkan merupakan peristiwa besar yang dapat membawa perubahan emosional dan bahkan trauma. Beberapa ibu mungkin merasa cemas atau meragukan kemampuannya dalam merawat bayi dengan baik.
Kehadiran bayi membawa banyak perubahan, termasuk perubahan waktu tidur dan perlunya penyesuaian rutinitas sehari-hari. Tanggung jawab baru ini dapat menyebabkan tekanan dan stres yang cukup berat bagi ibu.
Baca Juga: Baby Blues Vs Postpartum Depression, Ketahui Perbedaannya
Riwayat kesehatan mental
Ibu yang sebelumnya memiliki gangguan mental seperti depresi atau kecemasan berisiko lebih tinggi mengalami PPD. Selain itu, pengalaman hidup seperti kehilangan, trauma masa kecil, dan riwayat kesehatan mental dalam keluarga juga dapat memengaruhi kemungkinan terjadinya PPD.
Kondisi fisik dan kesehatan
Kondisi fisik setelah melahirkan juga dapat memengaruhi munculnya PPD. Kurang tidur, kelelahan, dan komplikasi kesehatan dapat menyebabkan kelelahan emosional yang bisa memperburuk kondisi tersebut.
Baca Juga: Depresi pada Ibu Rumah Tangga: Kenali Gejala dan Penanganannya
Faktor sosial
Lingkungan sosial juga memiliki peran penting dalam kesehatan mental ibu. Kurangnya dukungan dari pasangan atau keluarga dapat membuat ibu merasa terbebani dan putus asa.
Ketidakharmonisan dalam hubungan atau masalah ekonomi dapat memperburuk stres dan tekanan yang ada. Selain itu, tuntutan budaya patriarki yang menganggap perawatan anak sebagai tanggung jawab ibu semata dapat menambah beban emosional.
Perlu diingat bahwa PPD bukanlah tanda kelemahan atau kegagalan seorang ibu. Melahirkan adalah momen besar yang memerlukan perhatian khusus, serta dukungan dan kerja sama dari pasangan dan keluarga untuk membantu ibu melalui proses pemulihan dengan baik.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikiater apabila Anda atau orang yang dikenal menunjukkan adanya tanda depresi atau PPD. Anda juga bisa memanfaatkan layanan konsultasi pada aplikasi Ai Care dengan mengunduhnya melalui App Store atau Play Store.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainya? Cek di sini, yah!
- dr Nadia Opmalina
Sarah Bradley (2024). How Long Does Postpartum Depression (PPD) Last – and Can You Shorten It?. Available from: https://www.healthline.com/health/depression/how-long-does-postpartum-depression-last
Cleveland Clinic (2022). Postpartum Depression. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9312-postpartum-depression
Debra Fulghum Bruce, PhD (2024). Postpartum Depression. Available from: https://www.webmd.com/depression/postpartum-depression
Lisa Fields and Shawna Seed (2024). Is It Postpartum Depression or "Baby Blues"?. Available from: https://www.webmd.com/depression/postpartum-depression/postpartum-depression-baby-blues